Penolakan tersebut dilontarkan salah satu guru di sekolah bertitel Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SBI tersebut terhadap seorang siswa pendaftar jalur tidak mampu, Muhamad Rizky Firdaus (12) yang berasal dari SD Pardomuan Bandung.
Ibu Rizky, Teti Rosniawati menuturkan, penolakan terjadi saat ia hendak mendaftarkan anak keduanya Muhamad Rizky Firdaus melalui jalur tidak mampu ke SMPN 2 Bandung. Selain menuruti keinginan sang anak untuk melanjutkan sekolah ke SMP Negeri 2 Bandung, alasannya mendaftar karena SMP Negeri 2 Bandung berada tidak jauh dari rumah tinggalnya di Jalan Baranangsiang.
“Saat mendaftar pada Senin (13/6/2011) lalu saya diterima oleh seorang guru di ruang Komite Sekolah setelah sebelumnya dilempar ke sana ke sini. Tapi guru SMPN 2 Bandung tersebut menyebutkan kalau bersekolah di SMP Negeri 2 yang bertaraf RSBI harus punya laptop yang harganya Rp5 Juta. Kemudian saya disarankan oleh guru tersebut untuk mendaftar ke SMP 7,” ungkap Teti saat ditemui wartawan di rumahnya Jalan Baranangsiang Gang Kebon Pisang RT 07 RW 10 Kelurahan Kebon Pisang Kecamatan Sumur Bandung, Kamis (16/6/2011).
Meski tidak ada kata-kata penolakan langsung dari pihak SMP Negeri 2 Bandung, Teti merasa harapan anaknya bersekolah di SMPN 2 Bandung kandas. Pasalnya, ia tidak mampu membeli laptop seharga Rp5 juta. Untuk itu ia mencoba menuruti saran guru SMP Negeri 2 Bandung untuk mendaftar ke SMP Negeri 7 Bandung meski lokasinya berbeda kecamatan.
“Saat mendaftar ke SMP Negeri 7 Bandung saya diterima oleh salah seorang Wakasek. Ia tidak bisa memberikan jaminan anak saya diterima namun akan tetap diproses karena lokasi rumah dengan lokasi SMP 7 berbeda kecamatan. Ya saya berharap bisa diterima di SMP 7 agar anak saya bisa sekolah,” tandasnya
Update...
INILAH.COM, Bandung - Ditolak secara halus pihak SMP Negeri 2 Bandung, Muhammad Rizky Firdaus tidak lagi berharap bisa mengenyam pendidikan di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).
Orangtua Rizky, Teti Rosniawati (37) mengaku dirinya tidak lagi berkeinginan mendaftarkan anaknya ke SMP Negeri 2 Bandung.
“Saya sudah kadung kecewa dan sakit hati dengan penolakan pihak SMP Negeri 2 Bandung. Masa saya mendaftar dari jalur tidak mampu harus membeli laptop seharga Rp5 juta,” ungkap Teti saat ditemui wartawan di rumahnya, Jalan Baranangsiang Gang Kebon Pisang RT 07 RW 10 Kelurahan Kebon Pisang Kecamatan Sumur Bandung, Kamis (16/6/2011).
Hal tersebut juga diakui Rizky yang awalnya masih sangat berharap bisa bersekolah di SMP Negeri 2 Bandung. Namun kini dirinya akan meneruskan pendidikannya di SMP negeri 7 Bandung.
“Awalnya sih ingin sekolah di dua (SMPN 2 Bandung) tapi sekarang mah udah gak mau,” tutur Rizky.
Rizky merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya Ula Nur Khotimah (17) baru saja menyelesaikan sekolahnya di SMKN 1 Bandung. Sementara itu, adiknya Kaisar Abu Rizal Nur Fatah baru berusia 16 bulan.
Rizky sendiri tinggal di rumah petak berukuran sekitar 3x4 meter bersama dengan dua orang saudaranya dan orang tuanya. Rumah tersebut merupakan rumah milik orangtua Teti Rosdiana yang berada di perumahan padat penduduk di Gang Kebon Pisang Kelurahan Kebon Pisang Kecamatan Sumur Bandung.
Sementara itu, Ayah Rizky, Iip Saepul (38) tidak memiliki pekerjaan tetap. Iip hanya bekerja sebagai buruh kasar dengan penghasilan antara Rp20 ribu sampai Rp30 ribu per hari.
Dengan kondisi perekonomian keluarga yang terbilang pas-pasan, sangat sulit bagi keluarga Iip membelikan Rizky sebuah laptop dengan harga Rp5 juta. Bahkan untuk biaya hidup sehari-hari, Teti harus berusaha menghemat dan jauh dari kesan hidup berkecukupan.
“Untuk bekal sekolah saya hanya diberi Rp3000 dan itu pun harus saya hemat untuk esok harinya jika Bapak atau Ibu tidak punya uang. Mudah-mudahan saya bisa diterima di SMP 7, soalnya hanya sekolah itu yang paling dekat,” harap Rizky yang bercita-cita menjadi seorang polisi.
Update lagi nih
SMPN 2 Bantah Tolak Siswa Tak Punya Laptop
INILAH.COM, Bandung - SMPN 2 Bandung membantah bahwa siswa yang belajar di SMP berlabel Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) tersebut diharuskan memiliki laptop.
“Tidak ada aturannya siswa yang mau masuk ke SMPN 2 Bandung harus punya laptop. Itu pasti infonya salah,” tandas Kahumas SMPN 2 Bandung Elin Karlina saat dihubungi wartawan, Kamis (16/6/2011).
Elin menegaskan, bahkan jika siswa tidak memiliki laptop pun , proses belajar mengajar tetap bisa dilaksanakan, dengan cara berbarengan menggunakan laptop atau bergantian dengan siswa lain.
Terkait penerimaan siswa baru, Elin menerangkan, SMPN 2 masih melakukan penerimaan peserta didik baru (PPDB) 2011/2011 jalur nonakademik, baik melalui jalur tidak mampu maupun jalur prestasi.
“Untuk jalur tidak mampu, kita masih menerima sebanyak 5% dari kuota yang ada atau sekitar tiga orang siswa,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung Oji Mahroji menyarankan orangtua Muhamad Rizky Firdaus untuk mendaftar ke sekolah lain jika ditolak masuk SMPN 2 Bandung. Seperti ke SMPN 4 atau SMPN 20 Bandung meski berbeda kecamatan dengan domisili siswa.
“Silakan daftar saja ke SMP mana pun meski beda kecamatan, yang penting jaraknya dekat dengan tempat tinggal,” terang Oji.
Terkait pendaftaran di sekolah dengan titel RSBI, Oji mengaku sekolah yang bersangkutan memang memiliki aturan sendiri tergantung sekolahnya. “Tapi kalau ada yang daftar seharusnya daftar saja, jangan ada penolakan,” tandasnya.
http://www.inilahjabar.com/read/deta...ditolak-smpn-2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar